Gayatri Wailissa adalah seorang remaja putri kelahiran Ambon, Maluku yang mampu berkomunikasi dalam 14 bahasa asing. Tidak hanya itu ia juga wakil Indonesia untuk Duta Anak tingkat ASEAN. Ia bahkan menjadi delegasi tunggal (anak) Indonesia yang mewakili Konferensi ASEAN tahun 2012 di Thailand dan delegasi tunggal (anak) Indonesia dalam konferensi ASIA-Pasifik tahun 2013 di Nepal. Di konferensi tersebut, Gayatri kerap mempresentasikan isu-isu dan solusi terkait permasalahan anak. Namun sayang, remaja ini meninggal saat usianya menginjak 19 tahun.
Biografi
Gayatri Wailissa lahir di Ambon 31 Agustus 1995. Ia adalah anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan seorang tokoh religius Deddy Darwis Wailissa, seorang perajin kaligrafi dan Nurul Idawaty, wanita keturunan Bugis yang tinggal di Jl Sultan Babula Waihaong, Kota Ambon.
Gayatri adalah alumnus SMA Unggulan Siwalima, Ambon. Saat berusia 16 tahun dan duduk di kelas 2 SMA, Gayatri telah menguasai berbagai macam bahasa, antara lain bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, dan India, Rusia dan bahasa Tagalog.
Dia usianya yang terbilang muda, 16 tahun, Gayatri tidak hanya piawai menjadi pembicara di berbagai konferensi tingkat internasional. Namun ia juga berprestasi di bidang lainnya diantaranya juara medali perunggu Olimpiade Sains Astronomi 2012 serta Duta Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013. Di waktu luangnya, Gayatri juga aktif diberbagi bidang diantaranya adalah instruktur teater, penyiar radio, penerjemah bahasa, dan bahkan menulis berbagai karya sastra.
Gayatri memang diketahui memiliki kemampuan menakjubkan di bidang linguistik. Hebatnya, Gayatri bisa menguasai 14 bahasa asing itu tanpa mengikuti kursus. Karena keterbatasan ekonomi keluarga, Gayatri belajar bahasa asing dari menonton film asing dan mendengarkan lagu-lagu asing.
Menjadi anak asuh TNI-AD
Gadis poliglot (istilah untuk orang yang menguasai banyak bahasa asing) tersebut sudah lama menjadi ”anak asuh” TNI-AD, khususnya di lingkungan Kodam XVI/Pattimura, Maluku. Saat masih di Ambon, sehari-hari Gayatri mendapat kawalan personel TNI-AD. Meski masih belia, dia sering diminta memberi ”pelajaran” dan motivasi di lingkungan kodam.
Karena kemampuan yang menakjubkan itu, Gayatri didapuk menjadi duta Kodam V/Brawijaya. Gayatri juga pernah menjadi Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak mewakili Indonesia. Gadis belia itu berhasil masuk seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional. Dia masuk 10 besar dari ribuan siswa yang ikut seleksi sebelum terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun 2012-2013. Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.
Motto hidup Gayatri Wailissa
tidaklah penting siapa kita, yang terpenting adalah apa yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan apa yang mampu kita perbuat.
Wafat
Sejak Juli 2014 gadis genius itu hijrah ke Jakarta untuk meraih cita-citanya menjadi bagian dari Badan Intelijen Negara (BIN). Karena itu, dia harus menjalani pendidikan khusus di Jakarta. Namun, takdir berkata lain. Sebelum meraih apa yang diinginkan, dia keburu meninggal dunia.
Gayatri Wailissa meninggal dunia pada hari Kamis 23 Oktober 2014 sekira pukul 19.15 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo d kawasan Menteng Jakarta Pusat. Gayatri meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit tersebut selama empat hari. Oleh dokter yang menanganinya, Gayatri didiagnosa menderita pendarahan di otak. Gayatri Dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Ambon, (Berbagai sumber)